PALING KAYA
PENDAHULUAN
Siapakah orang yang paling kaya di dunia saat ini?
Berbagai jawaban sangat dianggap wajar karena barometer/Ukuran kekayaan kebanyakan orang saat ini diukur dengan kekayaan harta/Materi duniawi. Padahal, jika menggunakan Ukuran Syariat /Hukum dan Ajaran Islam, bukan merupakan hal yang mustahil bahwa kita pun berpeluang untuk menjadi kandidat orang paling “Kaya/Sugih”
UKURAN KAYA
Orang paling kaya, jika diukur dengan timbangan syariat/Hukum dan Ajaran Islam, adalah: orang yang paling Qana'ah/Kaya Hati
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
لَيْسَالْغِنَىعَنْكَثْرَةِالْعَرَضِ،وَلَكِنَّالْغِنَىغِنَىالنَّفْسِ
“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim; dari Abu Hurairah)
KAYA HATI
Kaya Hati, atau sering diistilahkan dengan “Qana’ah“, artinya adalah ‘nrimo (menerima) dan rela dengan berapa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala.
Berapa pun rezeki yang didapatkan, dia tidak mengeluh. Mendapat rezeki banyak, bersyukur; mendapat rezeki sedikit, bersabar dan tidak mengumpat.
Qanaah itu harus dipahami dalam perspektif produktif. Qanaah itu setelah berikhtiar Sehingga, sehingga orang lalu tidak boleh duduk berpangku tangan saja karena Rasulullah menyatakan bahwa Allah tidak pernah melemparkan emas dan perak dari langit, ketika beliau menegur seorang sahabat yang hanya berdzikir saja dalam masjid.
Kalau bisa mengamalkan hal di atas, saat itulah kita bisa memiliki kans besar untuk menjadi orang terkaya di dunia.
Ujung-ujungnya, keberuntunganlah yang menanti kita, sebagaimana janji Sang Musthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قَدْأَفْلَحَمَنْأَسْلَمَوَرُزِقَكَفَافًاوَقَنَّعَهُاللَّهُبِمَاآتَاهُ
“Beruntunglah orang yang berislam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan dia dijadikan menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” (HR. Muslim; dari Abdullah bin ‘Amr)
MERASA CUKUP/QONAAH
Berdasarkan Uuran/barometer di atas, bisa jadi orang yang berpenghasilan dua puluh ribu sehari dikategorikan orang kaya, sedangkan orang yang berpenghasilan dua puluh juta sehari dikategorikan orang miskin.
Karena orang pertama merasa cukup dengan uang sedikit yang didapatkannya. Adapun orang kedua, dia terus merasa kurang walaupun uang yang didapatkannya sangat banyak.
Bagaimana mungkin orang yang berpenghasilan dua puluh ribu dianggap berkecukupan, padahal ia harus menafkahi istri dan anak-anaknya?
Karena keberkahan yang Allah limpahkan dalam hartanya, juga karena ukuran kecukupan menurut Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut,
مَنْأَصْبَحَمِنْكُمْآمِنًافِيسِرْبِهِ،مُعَافًىفِيجَسَدِهِ،عِنْدَهُقُوتُيَوْمِهِ،فَكَأَنَّمَاحِيزَتْلَهُالدُّنْيَا
“Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya.”
(HR. Tirmidzi; dinilai hasan oleh Al-Albani)
KESIMPULAN
-Dari Hadist diatas merupakan barometer /Ukuran orang paling kaya :
1. Sehari-hari merasakan Perasaan Aman, Tentram/Sakinah Mawaddah Warohmah dalam Rumah.
2. Sehat Badan/Sehat jasmani dan Rohani
3. Memiliki Makanan Pada hari ini
-Karakter istimewa Allah rekam sebagai salah satu perangai para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala Dia menceritakan kondisi mereka yang fakir,
يَحْسَبُهُمُالْجَاهِلُأَغْنِيَاءمِنَالتَّعَفُّفِتَعْرِفُهُمبِسِيمَاهُمْلاَيَسْأَلُونَالنَّاسَإِلْحَافاً
“(Orang lain)–yang tidak tahu–menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya, karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (wahai Muhammad), mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta dengan cara mendesak kepada orang lain.” (QS. Al-Baqarah:273)
-Yakinlah bahwa rezeki hanyalah di tangan Allah dan yang kita dapatkan telah dicatat oleh Allah Ta’ala, serta tidak mungkin melebihi apa yang telah ditentukan-Nya, walaupun kita pontang-panting dalam bekerja.
Allah Ta’ala mengingatkan,
وَمَامِندَآبَّةٍفِيالأَرْضِإِلاَّعَلَىاللّهِرِزْقُهَا
“Tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.” (QS. Hud:6)
-Hakikat tawakal dan korelasinya dengan ikhtiar, dalam sebuah perumpamaan yang sangat detail,
لَوْأَنَّكُمْكُنْتُمْتَوَكَّلُونَعَلَىاللَّهِحَقَّتَوَكُّلِهِلَرُزِقْتُمْكَمَايُرْزَقُالطَّيْرُتَغْدُوخِمَاصًاوَتَرُوحُبِطَانًا
“Andaikan kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan mendapatkan rezeki sebagaimana burung memperoleh rezeki. Dia pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong, lalu pulang di sore harinya dalam keadaan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkomentar bahwa hadis ini hasan sahih)
Semoga kita termasuk diantara orang yang paling kaya didunia ini, yaitu orang yang senantiasa dapat bersyukur dan selalu bersikap Qana'ah.
Wallahu Alam