NARASI
TATADAN
Pelopor
Komunitas Muslim Pertama
di Kabupaten
Klungkung-Bali
Oleh : Drs. Ahmad Yani
A. PEMBUKA
Kabupaten
Klungkung memiliki keunikan dan fotensi yang luar biasa,
dari
berbagai mutiara fotensi yang ada, ada satu mutiara berkilau yakni Desa Kampung
Gelgel .
Desa Kampung Gelgel termasuk satu
dari 18 Desa dan Kelurahan di
Kecamatan Klungkung memiliki luas 8,5 Hektar dan penduduk 360 KK.
Kampung
Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun aktivitas. Mereka
mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti keagamaan, ekonomi, dan seni
budaya serta masyarakatnya sangat religious dengan pusat kegiatan di masjid
Nurul huda.
Kampung
Gelgel yang merupakan kampung muslim
pertama atau komunitas muslim pertama di pulau Bali yang keberadaanya seiring
kerajaan Gelgel.
Inilah Jejak wali Nusantara bertajuk Tatadan
(Pengiring Raja) : Pelopor Komunitas
Muslim pertama di kabupaten klungkung
B. JEJAK WALI NUSANTARA
Menurut sejarah, terbentuknya Masyarakat Muslim Pertama di Kabupaten Klungkung pada abad XIV lebih lanjut buku “ Sejarah Masuknya Islam di Bali ” menuturkan bahwa pada masa Raja Dalem Ketut Ngelusir (Raja gelgel Pertama ) ketika beliau usai menghadiri pertemuan di kerajaan Majapahit Pada Masa Raja Hayam Wuruk ) ketika pulang beliu mengajak, mengiringi atau “Natad “ 40 Orang Islam dari jawa , yang merupakan prajurit beragama Islam, Selain itu sebagai bentuk kepatuhan terhadap Kerajaan Majapahit yang berada di Mojokerto. Setelah acara tersebut selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang ke negerinya (Bali) yaitu kerajaan Gelgel. Kembalinya Dalem Ketut Ngelesir ke kerajaannya dengan diantar oleh empat puluh orang dari Majapahit sebagai pengiring, dua diantaranya adalah Raden Modin dan Kiai Abdul Jalil bersama 40 orang pengiring dari Majapahit.
kemudian
diberikan tempat Bermukim di timur Istana ( + 400 M) Kerajaan
Gelgel , kemudian 40 Tatadan ini mendirikan tempat ibadah yang sangat sederhana
terbuat dari batang pohon kemudian rumah ibadah sederhana diperlebar kini
bernama Masjid Nurul Huda, inilah
cikal bakal Masyarakat muslim
Pertama di Kecamatan Klungkung
kini bernama Desa Kampung Gelgel,
kemudian berkembang ke Kampung Islam Lebah, Sejalan dengan berpindahnya
kerajaan Gelgel ke Kerajaan Klungkung (Semarapura)
Perkembangan Selanjutnya 100 Orang muslim yang datang pada periode kedua terjadi
pada pemerintahan Dalem Watu Renggong (Raja Gelgel Pengganti Dalem Ketut
Ngelesir 1480 - 1550 ) di ditadai dengan
aktifitas Dakwah kepada Raja dilakukan oleh Ratu Siti Fathimah ( meninggal dan
dimakamkan di Seme Jarat Desa satre, sayang Makamnya hayut di sungai tukad
jinah ketika gunung agung Meletus) didampingi Kyai Modin /Moder dan Raden Kyai Jalil
Raden Modin dan Kiai Jalil ini menetap cukup lama tinggal di pusat kerajaan Gelgel Klungkung. Namun dalam perkembangannya mereka meninggalkan Gelgel menuju ke arah timur dan berhenti di desa Banjar Lebah (Kini Kampung Lebah) Raden Modin menetap dan tidak melanjutkan perjalanan sampai meninggal dan dikuburkan di kampung lebah (sayang nisan kuburnya tidak ada) . sedang Kiai Jalil tetap meneruskan perjalanan sampai di desa Saren sampai meninggal di desa tersebut..(Makamnya masih terawatt di desa saren jawa bude keling kab. Karangasem)
Enam
ratus Tahun Persaudarana (Menyama Braya) hidup Rukun, damai, Harmonis antara
Ummat Hindu dan Islam di Klungkung melahirkan “Nyame Selam “ (Persaudaraan Dg
Muslim) dan Nyame Hindu (Persaudaraan dengan Hindu) melahirkan Persaudaraan
Kekeluargaan (Menyame Braya) yang sangat Kental dan saling menghargai keyakinan
masing-masing.
C. KESENIAN RUDAT
KAMPUNG GELGEL
Sejarah Kesenian rudat
tidak bisa dipisahkan dari sejarah keberadaan muslim pertama di Bali sekitar
abad ke 15 yakni muslim Kampung Gelgel. Keberadaan penduduk muslim di Desa
Kampung Gelgel berawal dari 40 orang prajurit yang merupakan pengiring/tatadan
Raja Klungkung ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan raja-raja
Nusantara. 40 orang prajurit yang dibawa dari Jawa tersebut semuanya beragama
Islam. Sesuai dengan tugas sebagai seorang prajurit, mereka pun menjadi abdi
Dalem yang bertugas melindungi raja. Mereka semua diberikan tempat tinggal di
Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari pusat kerajaan Gelgel (
Klungkung ). Ini menandakan begitu dekatnya hubungan raja dengan 40 orang
prajurit tersebut. Bahkan mereka sudah dianggap layaknya saudara, semeton
selam.
Seiring dengan
perjalanan waktu, Kampung Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah
maupun aktivitas. Mereka mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti
keagamaan, ekonomi, dan seni budaya. Salah satu seni budaya yang dikembangkan
oleh para leluhur Kampung Gelgel yang merupakan titisan darah prajurit adalah
Seni Rudat.
Sejatinya, Seni Rudat
menggambarkan barisan tentara / prajurit Islam menuju medan juang untuk membela
kebenaran mengusir penjajah dari bumi Nusantara.
Barisan Rudat tersebut
terdiri dari komandan, pengawal / kepala baris, pasukan, solis / penyanyi, dan
penabuh. Seni Rudat merupakan harmonisasi seni gerak, seni suara, dan seni
tabuh. Sarat dengan nilai-nilai yang memadukan nilai religius, nilai etika,
nilai estetika, nilai patriotisme, nilai kebersamaan dan kerukunan.
B. Maksud dan Tujuan
1. Melestarikan seni
budaya muslim.
2. Menanamkan kecintaan
kepada generasi muda terhadap seni tradisional yang bernuansa Islam.
3. Sebagai media
aktivitas dan kreativitas bagi generasi muda Kampung Gelgel.
4. Ikut serta meriahrayakan dalam setiap
perayaan hari besar keagamaan dan eventevent tertentu baik kabupaten maupun
provinsi.
5. Memupuk semangat
kebersamaan sesama warga desa dan kerukunan antaragama melalui media Seni
Rudat.
6. Menjadikan Seni
Rudat sebagai icon Kampung Gelgel.
D. Karakteristik Rudat
1. Pemain Rudat terdiri
dari
a. 1 orang komandan,
b. 2 orang pengawal / kepala baris
c. 32 orang pasukan
d. 2 orang solis / penyanyi
e. 7 – 10 orang penabuh
2. Instrumen
a. 3 buah pedang untuk
komandan dan 2 orang pengawal / kepala baris
b. 1 buah peluit untuk
komandan
c. 1 drumb tenor
d. 5 – 8 kendang
e. 1 buah kesek
f. Instrumen lain
sesuai perkembangan
3. Gerakan Gerakan
Rudat merupakan kombinasi dari seni bela diri silat dan gerakan –gerakan yang
relevan dengan musik tabuh dan lagu.
4. Lagu / Syair Lagu /
syair yang dikembangkan dalam Seni Rudat adalah
a. Doa dan pujian
kepada Allah SWT
b. Sholawat kepada Nabi
Muhammad SAW
c. Lagu motivasi
berbahasa Arab, Indonesia, dan Bahasa Bali
5. Kostum / Seragam
Kostum Rudat yang dipakai merupakan perpaduan pakaian khas muslim (songkok),
pakaian prajurit ( angkatan laut / angkatan udara ), paskibraka, dan pakaian
daerah dengan atribut selempang motif keemasan yang melintang dari pundak ke
pinggang.
E. Pementasan
Rudat dipentaskan pada :
1. Hari Besar Keagamaan
Maulid Nabi Muhammad SAW Setiap perayaan Maulid Nabi, Rudat menjadi seni utama
yang dipentaskan di Kampung Gelgel.
Pementasannya dari
depan masjid Nurul Huda Kampung Gelgel menuju pertigaan Desa Gelgel yang di
iringi seluruh warga. Rudat ini juga disaksikan oleh warga Kampung Muslim se
Kabupaten Klungkung.
Rudat Kampung Gelgel
juga sering mendapat undangan untuk pentas di luar kampung seperti di Kampung
Saren Jawa Karangasem dalam event yang sama yakni perayaan Maulid Nabi.
2. Event Kabupaten
a. Hari Puputan
Klungkung
b. Hari Besar Nasional
c. Pengukuhan Raja
Klungkung yang dihadiri raja-raja se Nusantara
d. Festival Seni Budaya
Kabupaten Klungkung 3. Pesta Kesenian Bali ( PKB )
F. Perkembangan
Keanggotaan
Anggota Rudat tergabung
dalam kelompok “Sekehe Rudat Kampung Gelgel” dari usia 17 tahun sampai 40
tahun. Dalam perjalanannya, kelompok ini berkembang anggota pemainnya sampai
usia 50 tahun. Bahkan, Sekehe Rudat ini terbagi menjadi dua kelompok, Rudat
Junior dan Rudat Senior. Dari tahun ke tahun jumlah anggotanya terus bertambah,
yang semula puluhan orang, kini sudah mencapai ratusan orang.
Keberadaan
Rudat Kampung Gelgel sampai saat ini 80% adalah swadaya masyarakat dalam bentuk
a. Sumbangan sukarela (
infaq dan shodaqoh )
b. Dosan (denda) dari
anggota Rudat yang berhalangan hadir pada saat latihan Selain swadaya
masyarakat, keberadaan Rudat ini juga dibantu dari dana ADD yang dialokasikan
untuk pengembangan kesenian tradisional yang ada di Kampung Gelgel.
G. PENUTUP
Kesenian rudat, Masjid nurul huda beserta mimbar dan menara didalamnya serta makam
dituakan sebagai salah satu jejak wali
nusantara anda bisa kunjungi di desa
kampung gelgel yang kini berkembang menjadi desa konveksi dengan
pemasaaran di pasar Seni, oleh-oleh dan pasaran online Nasional maupun luar
negeri seperti Brunai, singapura dan Malaysia.
Berkunjunglah di desa kampong
Gelgel yang berada 3 KM selatan kota semarapura sebagai wisata religi jejak wali nusantara,
semoga berkah
Semarapura, 23 Juli 2020
Drs.
Ahmad Yani
PAIF Kemenag Klungkung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar