Rabu, 30 September 2020

TATADAN : Pelopor Komunitas Muslim Pertama di Kabupaten Klungkung-Bali (Narasi Short Film)

 

NARASI

TATADAN

Pelopor Komunitas Muslim Pertama

di Kabupaten Klungkung-Bali

 


Oleh : Drs. Ahmad Yani

 

 

A.    PEMBUKA

 

Kabupaten Klungkung memiliki keunikan dan fotensi yang luar biasa,

dari berbagai mutiara fotensi yang ada, ada satu mutiara berkilau yakni Desa Kampung Gelgel .

            Desa Kampung Gelgel termasuk satu dari 18 Desa dan Kelurahan  di Kecamatan   Klungkung  memiliki luas 8,5 Hektar dan penduduk 360 KK.

 

Kampung Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun aktivitas. Mereka mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti keagamaan, ekonomi, dan seni budaya serta masyarakatnya sangat religious dengan pusat kegiatan di masjid Nurul huda.

Kampung Gelgel yang merupakan  kampung muslim pertama atau komunitas muslim pertama di pulau Bali yang keberadaanya seiring kerajaan Gelgel.

 

 Inilah Jejak wali Nusantara bertajuk Tatadan (Pengiring Raja) : Pelopor Komunitas  Muslim pertama di kabupaten klungkung

 

 

B.     JEJAK  WALI NUSANTARA

 

Menurut sejarah,  terbentuknya Masyarakat Muslim  Pertama  di Kabupaten  Klungkung  pada abad  XIV  lebih lanjut  buku “ Sejarah  Masuknya Islam di Bali ” menuturkan  bahwa  pada masa Raja Dalem Ketut Ngelusir (Raja gelgel Pertama ) ketika beliau usai menghadiri pertemuan di kerajaan Majapahit Pada Masa Raja Hayam Wuruk ) ketika pulang  beliu mengajak, mengiringi  atau  “Natad “ 40 Orang Islam dari jawa , yang merupakan prajurit beragama Islam, Selain itu sebagai bentuk kepatuhan terhadap Kerajaan Majapahit yang berada di Mojokerto. Setelah acara tersebut selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang ke negerinya (Bali) yaitu kerajaan Gelgel. Kembalinya Dalem Ketut Ngelesir ke kerajaannya dengan diantar oleh empat puluh orang dari Majapahit sebagai pengiring, dua diantaranya adalah Raden Modin dan Kiai Abdul Jalil bersama 40 orang pengiring dari Majapahit.

 kemudian   diberikan tempat Bermukim di timur Istana ( + 400 M) Kerajaan Gelgel ,  kemudian 40 Tatadan ini mendirikan tempat ibadah yang sangat sederhana terbuat dari batang pohon kemudian rumah ibadah sederhana diperlebar   kini bernama Masjid Nurul Huda,   inilah  cikal bakal Masyarakat muslim  Pertama  di Kecamatan   Klungkung  kini bernama  Desa Kampung Gelgel, kemudian berkembang ke Kampung Islam Lebah, Sejalan dengan berpindahnya kerajaan Gelgel ke Kerajaan Klungkung (Semarapura)

Perkembangan Selanjutnya 100 Orang  muslim yang datang pada periode kedua terjadi pada pemerintahan Dalem Watu Renggong (Raja Gelgel Pengganti Dalem Ketut Ngelesir 1480 - 1550 ) di  ditadai dengan aktifitas Dakwah kepada Raja dilakukan oleh Ratu Siti Fathimah ( meninggal dan dimakamkan di Seme Jarat Desa satre, sayang Makamnya hayut di sungai tukad jinah ketika gunung agung Meletus) didampingi Kyai Modin /Moder  dan Raden Kyai Jalil

Raden Modin dan Kiai Jalil ini menetap cukup lama tinggal di pusat kerajaan Gelgel Klungkung. Namun dalam perkembangannya mereka meninggalkan Gelgel menuju ke arah timur dan berhenti di desa Banjar Lebah (Kini Kampung Lebah) Raden Modin menetap dan tidak melanjutkan perjalanan sampai  meninggal dan dikuburkan di kampung lebah (sayang nisan kuburnya tidak ada) . sedang Kiai Jalil tetap meneruskan perjalanan sampai di desa Saren sampai meninggal di desa tersebut..(Makamnya masih terawatt di desa saren jawa bude keling kab. Karangasem)

Enam ratus Tahun Persaudarana (Menyama Braya) hidup Rukun, damai, Harmonis antara Ummat Hindu dan Islam di Klungkung melahirkan “Nyame Selam “ (Persaudaraan Dg Muslim) dan Nyame Hindu (Persaudaraan dengan Hindu) melahirkan Persaudaraan Kekeluargaan (Menyame Braya) yang sangat Kental dan saling menghargai keyakinan masing-masing.

 

C.     KESENIAN  RUDAT  KAMPUNG GELGEL

 

Sejarah Kesenian rudat tidak bisa dipisahkan dari sejarah keberadaan muslim pertama di Bali sekitar abad ke 15 yakni muslim Kampung Gelgel. Keberadaan penduduk muslim di Desa Kampung Gelgel berawal dari 40 orang prajurit yang merupakan pengiring/tatadan Raja Klungkung ketika pulang dari Jawa setelah menghadiri pertemuan raja-raja Nusantara. 40 orang prajurit yang dibawa dari Jawa tersebut semuanya beragama Islam. Sesuai dengan tugas sebagai seorang prajurit, mereka pun menjadi abdi Dalem yang bertugas melindungi raja. Mereka semua diberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari pusat kerajaan Gelgel ( Klungkung ). Ini menandakan begitu dekatnya hubungan raja dengan 40 orang prajurit tersebut. Bahkan mereka sudah dianggap layaknya saudara, semeton selam.

 

Seiring dengan perjalanan waktu, Kampung Gelgel mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun aktivitas. Mereka mengembangkan aktivitas di berbagai sektor seperti keagamaan, ekonomi, dan seni budaya. Salah satu seni budaya yang dikembangkan oleh para leluhur Kampung Gelgel yang merupakan titisan darah prajurit adalah Seni Rudat.

Sejatinya, Seni Rudat menggambarkan barisan tentara / prajurit Islam menuju medan juang untuk membela kebenaran mengusir penjajah dari bumi Nusantara.

Barisan Rudat tersebut terdiri dari komandan, pengawal / kepala baris, pasukan, solis / penyanyi, dan penabuh. Seni Rudat merupakan harmonisasi seni gerak, seni suara, dan seni tabuh. Sarat dengan nilai-nilai yang memadukan nilai religius, nilai etika, nilai estetika, nilai patriotisme, nilai kebersamaan dan kerukunan.

 

B. Maksud dan Tujuan

 

1. Melestarikan seni budaya muslim.

2. Menanamkan kecintaan kepada generasi muda terhadap seni tradisional yang bernuansa Islam.

3. Sebagai media aktivitas dan kreativitas bagi generasi muda Kampung Gelgel.

 4. Ikut serta meriahrayakan dalam setiap perayaan hari besar keagamaan dan eventevent tertentu baik kabupaten maupun provinsi.

5. Memupuk semangat kebersamaan sesama warga desa dan kerukunan antaragama melalui media Seni Rudat.

6. Menjadikan Seni Rudat sebagai icon Kampung Gelgel.

 

D.    Karakteristik Rudat

1. Pemain Rudat terdiri dari

 a. 1 orang komandan,

 b. 2 orang pengawal / kepala baris

 c. 32 orang pasukan

 d. 2 orang solis / penyanyi

 e. 7 – 10 orang penabuh

 

2. Instrumen

a. 3 buah pedang untuk komandan dan 2 orang pengawal / kepala baris

b. 1 buah peluit untuk komandan

c. 1 drumb tenor

d. 5 – 8 kendang

e. 1 buah kesek

f. Instrumen lain sesuai perkembangan

 

3. Gerakan Gerakan Rudat merupakan kombinasi dari seni bela diri silat dan gerakan –gerakan yang relevan dengan musik tabuh dan lagu.

 

4. Lagu / Syair Lagu / syair yang dikembangkan dalam Seni Rudat adalah

a. Doa dan pujian kepada Allah SWT

b. Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW

c. Lagu motivasi berbahasa Arab, Indonesia, dan Bahasa Bali

 

5. Kostum / Seragam Kostum Rudat yang dipakai merupakan perpaduan pakaian khas muslim (songkok), pakaian prajurit ( angkatan laut / angkatan udara ), paskibraka, dan pakaian daerah dengan atribut selempang motif keemasan yang melintang dari pundak ke pinggang.

 

E.     Pementasan Rudat dipentaskan pada :

 

1. Hari Besar Keagamaan Maulid Nabi Muhammad SAW Setiap perayaan Maulid Nabi, Rudat menjadi seni utama yang dipentaskan di Kampung Gelgel.

Pementasannya dari depan masjid Nurul Huda Kampung Gelgel menuju pertigaan Desa Gelgel yang di iringi seluruh warga. Rudat ini juga disaksikan oleh warga Kampung Muslim se Kabupaten Klungkung.

Rudat Kampung Gelgel juga sering mendapat undangan untuk pentas di luar kampung seperti di Kampung Saren Jawa Karangasem dalam event yang sama yakni perayaan Maulid Nabi.

 

2. Event Kabupaten

a. Hari Puputan Klungkung

b. Hari Besar Nasional

c. Pengukuhan Raja Klungkung yang dihadiri raja-raja se Nusantara

d. Festival Seni Budaya Kabupaten Klungkung 3. Pesta Kesenian Bali ( PKB )

 

F.      Perkembangan Keanggotaan

Anggota Rudat tergabung dalam kelompok “Sekehe Rudat Kampung Gelgel” dari usia 17 tahun sampai 40 tahun. Dalam perjalanannya, kelompok ini berkembang anggota pemainnya sampai usia 50 tahun. Bahkan, Sekehe Rudat ini terbagi menjadi dua kelompok, Rudat Junior dan Rudat Senior. Dari tahun ke tahun jumlah anggotanya terus bertambah, yang semula puluhan orang, kini sudah mencapai ratusan orang.

 

Keberadaan Rudat Kampung Gelgel sampai saat ini 80% adalah swadaya masyarakat dalam bentuk

a. Sumbangan sukarela ( infaq dan shodaqoh )

b. Dosan (denda) dari anggota Rudat yang berhalangan hadir pada saat latihan Selain swadaya masyarakat, keberadaan Rudat ini juga dibantu dari dana ADD yang dialokasikan untuk pengembangan kesenian tradisional yang ada di Kampung Gelgel.

 

G.    PENUTUP

Kesenian rudat, Masjid nurul huda beserta  mimbar dan menara didalamnya serta makam dituakan   sebagai salah satu jejak wali nusantara anda bisa kunjungi di desa  kampung gelgel yang kini berkembang menjadi desa konveksi dengan pemasaaran di pasar Seni, oleh-oleh dan pasaran online Nasional maupun luar negeri seperti Brunai, singapura dan Malaysia.

Berkunjunglah di desa kampong Gelgel yang berada 3 KM selatan kota semarapura   sebagai wisata religi jejak wali nusantara, semoga berkah 

 

 

 

                                                                                                               Semarapura, 23 Juli 2020

 

 

                                                                                                           Drs. Ahmad Yani

                                                                                                                                  PAIF Kemenag Klungkung



 


 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar